Monday 15 February 2016

LGBT lawan pembenci dengan ini.


Image From Google

Pagi ini, kemarin, kemarin dulu dan hampir di setiap waktu selalu ada pembahasan di TV dan media online perihal LGBT. Rupaya isu ini hampir bisa menyayingi isu korupsi yang kian membobol brangkas uang Negara. Saya itu yah, dari SD sampai lulus SMK, selalu punya guru yang LGBT, oke spesifik saja, homoseksual.. kadang-kadang biseksual karena sukanya sama lawan jenis juga. Tapi, saya biasa saja, tak pernah persoalkan hal itu. karna kalo guru saya lagi marah, kadang dia lebih terlihat sadis dari Hitler, tak tanggung tanggung saya di kasih nilai rendah jika bandel.


Nah menyikapi persoalan LGBT, kayakny saya belum tau masuk kategori mana, karena saya adalah orang yang biasa biasa saja, dan rupanya pilihan itu tak diberikan oleh orang-orang. Hanya ada dua opsi yang harus saya pilih, setuju dengan LGBT dan tidak setuju. Jadi sekali lagi hanya itu saja pilihannya, dan saya sama sekali tidak tau menempatkan diri saya dimana. Dan masyarakat lainya pun kemungkinan besar bingung mau jadi hatters atau loversnya LGBT.


Jika saya memilih tidak setuju dan kemudian tiba tiba semua orang di endonesya ini juga jadi tidak setuju, bukan tidak mungkin, para LGBT ini bakal di intimidasi. Namun jika saya memilih setuju dan kemudian satu indonesiapun ikut saya menyetujui, lantas apakah akan terjadi sebuah situasi yang tidak di inginkan oleh masyarakt kebanyakan ?, misalkan dengan tuhan tiba-tiba menurunkan azab ke Negara kita yang Torcinta ini dan bernasib sama dengan zaman nabi Luth ?.


Jadi karena kedua pilihan itu rasanya sama sekali tidak enak untuk di ambil, saya rasa, saya ada di barisan orang yang biasa saja menanggapi kehadiran LGBT. Buat saya yah, LGBT mungkin pada dasarnya bukan penyakit, jadi jika di salahkan kenapa mereka punya orientasi seksualitas yang berbeda, yah tanyakan saja pada Tuhan. Tuhan kenapa ?, …


Yang manusia pahami, pada awal penciptaanya hanya ada laki-laki, kemudian karena merasa tak ada pasangan, kemudian tuhan mengambil tulang rusuknya untuk bahan penciptaan perempuan. Jadi pada dasarnya, yang dipahami masyarakat di dunia ini adalah, bahwa dalam penciptaan manusia pertama kali, hanya ada laki-laki dan perempuan. Lalu LGBT ?


Pada titik ini, mungkin masyarakt perlu memperlajari Sexual Orientation and Gender Identity and Expression (SOGIE). Masyarakat harus bisa membedakan apa itu jenis kelamin, orientasi seksual dan gender. Karena pemahaman yang memadai, membantu dalam pengambilan keputusan, dan dalam keputusan itu, semoga taka da yang dirugikan. 



Dan untuk para kakaw-kawaw, adew-adew, dan temanw-temanw LGBT, kalo bisa jangan terlalu menjadi jadi, dan jangan terlalu banyak menuntut lah. Atau seperti kata senior saya, jangan terlalu Reaktif. Karena pada dasarnya dan sampai kapanpun, kalian itu adalah minoritas. Jadi mau dipaksakan seperti apapun, tetap itu kenyataannya. Jadi selama tidak ada yang melukai kalian, tidak ada yang mendiskriminasi kalian, makan jalani saja hidup kalian dengan mudah.


Sekali lagi, persoalan LGBT jika dibenturkan dengan agama, tetap saja akan kalah dan tak akan menang. Perang benci melawan benci pada akhirnya  hanya akan berakhir tragis, bunuh bunuhan. Karena pada dasarnya, beberapa manusia tidak melihat suatu esensi penciptaan manusia lainnya, untuk itulah, existensi kadang yang selalu disoroti.


Mengkampanykan diri, dengan berteriak teriak dijalanan, menuntuk legalistas, pada dasarya buang buang energy. Ayo teriak dengan karya, sehingga masyarakat tidak hanya melirik dari orientasi seksualitas, namun melihat  kreativitas. Karena sayapun, dalam bentuk apapun dia, jika hal yang dia lakukan positif, maka kenapa tidak saya berteman dengannya ?.
Dan seperti yang kawan saya bilang, kebanyakan para LGBT Indonesia mengadopsi cara cara negara Barat untuk berperilaku dan gaya hidup. Jujur, hal itu akan menambah daftar hal hal yang akan dibenci dari kalian.

 
Cara cara yang pintar memang yang dibutuhkan di dunia yang semuanya serba pintar. Seperti smartphone, smart city dan smart-smart lainya.


Dan bagi saya, walaupun hanya ada dua jenis kelamin di dunia ini yang di pahami, namun LGBT itu mungkin seperti susu dalam menu empat sehat lima sempurna, boleh ada dan tidak adapun juga tidak apa-apa.

0 komentar:

Post a Comment