Friday 6 November 2015

Teknik kehilangan Mahkota

  https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5PBRVfS4k3agYhE_PbUOn9c7RUF59JIW0_2F1B-C_j3G5jde5SEwr3m7bAEg-iEmAhsp6qGB91FC1dIkJs__jEoDEZ66vf26EKJrm7i0Gp78wTffe1eoU4swSUIigLLySweQcZwHoqJtM/s1600/Skull+Wallpapers+6.jpg
Siapa yang tak kenal fakultas teknik, teletak di bagian paling belakang kampus I Universitas Negeri Gorontalo, Teknik selalu membentuk satu identitas yang tidak bisa di tiru oleh fakultas-fakultas yang ada di UNG. Misalkan saja cara berpakaian, fakultas Teknik punya warna pakaian yang hanya ada dua, Putih dan Hitam. Dalam cara penerimaan prajurit baru misalkan, Fakultas teknik menerapkan cara yang terbilang cukup keras. Keras !, bukan kasar!, tolong gunakan kecerdasan anda untuk membedakannya.
 
*Prajurit sebutan untuk mahasiswa baru yang akan menjadi keluarga Fakultas Teknik, yang akan saling menjaga dan berteman lebih dari saudara, istilahnya saudara tak sedarah

Saat ospek pastinya semua orang akan menemukan satu bahkan banyak perbedaan pada konsep penerimaan dan cara perlakuan senior teknik kepada MaBa. Pukul lima pagi, saat itu pastinya mentari belum bisa menerangi sepenuhnya zona Rekayasa fakultas teknik, Zona yang terlihat mencekam ini akan menjadi satu pemandangan menakutkan jika anda jadi salah satu dari ratusan maba. Banyangkan saja, jalanan akan dipadati bendera hitam dari masing-masing jurusan, lambang tekngkorak denga warna kuning akan terlihat dari kegelapan, memecah kedinginan dengan keramnya ketakutan. Gerbang besar yang ditangani oleh desainer fakultas teknik dan dikerjakan dengan sangat rapi akan menjadi satu bangunan termegah pada saat itu.

Bayangkan jika anda menjadi maba, seratus meter dari gerbang kejayaan, anda akan di hadang oleh senior teknik, jangan berharap anda akan di sambut dengan senyum sapa pertamina, karena bentakan dan teriakan akan menjadi pengganti senyum sapa yang anda inginkan. Senior teknik akan menyuruh merunduk, merunduk dan tak akan pernah bisa meluruskan kepala sampai ada perintah luruskan.

Maba akan masuk zona rekayasa teknik saat matahari bahkan belum sarapan dan akan di pulangkan saat mentari kembali terlelap hingga menyisahkan kegelapan. Jadi apa saja yang akan dilakukan maba kurang lebih 12 jam di zona rekayasa ?, yang pasti mereka akan tetap bisa bernafas, bernafas dengan keadaan merunduk. Ospek teknik bahkan tertawa saja akan menjadi sebuah aktivitas haram. Tak ada sesi canda tawa, semuanya dengan ekspresi marah.
Tapi kini semua itu TINGGALAH SEBUAH CERITA, cerita kejaayaan di masa lampau, masa dimana semua masih bisa dikendalikan. Jika kita memasuki gerbang megah penerimaan maba fakultas teknik, bagian dalamnya ditulis ABAD KEJAYAAN. Dua kata yang ditulis dengan ukuran 20cm tersebut menimbulkan beberapa pertanyaan, mengingat bahwa tahun in, 2015, kejayaan benar-benar telah di rebut dari pihak masiswa.

Lalu kejayaan dari apa ?, Kejayaan mahasiswa baru dari penindasan ?, Ya mungkin juga. Tapi bisa jadi juga itu adalah abad kejayaan pihak fakultas yang telah berhasil merampas tahta kekuasaan kerajaan teknik. Dan Mahkota raja itu kini ada di pihak birokrasi, mampukah dewa dewa teknik merebutnya ?
Waiting…

0 komentar:

Post a Comment