Ini
hanyalah sepengal pendapat bodoh saya tentang apa yang saya saksikan pada
beberapa jam yang lalu. Tepat pada pukul delapan kurang lebih. Saya dari tempat
tinggal saya menuju mall terbesar di Gorontalo. Malam itu entah kenapa saya
penasaran dengan film yang akan di tayangkan di bioskop lantai 3 mall tersebut.
LANGGABUWA judul filmya. Kalo boleh saya jelaskan sedikit. LANGGABUWA adalah
Ilmu bela diri khas Gorontalo yang dimiliki dan dipelajari oleh Perempuan.
Saya
saat itu mendapat tempat paling atas, Row A seat 1.sebuah tempat yang
bagus bukan ?.
Menurut saya film ini bagus (bukan dari sisi acting dan adegan adegannya),
karena film ini mengedukasikan sebuah pemahaman budaya kepada penontnnya,
terlebih budaya ini adalah budaya yang kebanyakan sudah banyak yang lupa bahkan
kemungkinan tidak pernah tau sebelumnya. Termasuk saya beroo.
Tapi seperti ada sesuatu yang tidak kren di film ini ?,
Ceritanya terlalu standard dan tak kreativ. Apalagi dibalut dengan acting acting
yang terlihat tidak natural. Wajar kali yah, mungkin para aktornya baru pertama
kali beradu acting di film layar lebar.
Memangnya
seperti apa sih filmya ?, saya ceritakan sedikit,..
Pada
menit pertama film ini dimuali, dibuka dengan adegan perkelahian seorang wanita
tua penjual sayuran dengan seorang pria yang bernama Paliboga. Perkelahian itu
lalu dimenangkan oleh wanita tua tadi dengan menggunakani Langgabua. “Ini
Langgabua namanya”, teriak wanita tua yang saat itu melihat Paliboga K.O hanya dengan
satu jurus saja.
Dan
tokoh utama cerita ini adalah Halima, seorang anak sekolahan yang cantik dan
pintar, keturuan asli Gorontalo. Disekolah,Halima sering di musuhi oleh pacar
dari cowok yang sering mendekatinya, dan Halima selalu mengadukan itu kepada
ayahnya. Halima yang saat itu mendapat tugas dari sekolah untuk menggali
informasi soal Langgabua, bersama dua temannya mengunjungi sebuah tempat , disana
mereka dapat beberapa informasi soal Langabua dan diijinkan melihat sebuah
benda pusaka, benda itu hanya bisa dilihat dan di pegang oleh Halima, kedua
temannya tadi tiurdak bisa, karena bukan keturunan asli Gorontalo kata si Opa. Benda yang
menyala dan bergetar itu membuat Halima tak kuat saat menggenggamnya, hingga Opa menyuruh Halima meletakan benda pusaka itu ketempatnya kembali. Sampai di adegan
itu, aku sudah mulai resah dan gelisah, seperti lagu Alm.Crisye.
Mungkin
kalian masih ingat beberapa film Indosiar yang sempat heboh pada 2010 kemarin,
film-film yang ada naga terbang, burung raksasa dan keris keris yang mampu
terbang. Dan coba samakan dengan film ini, kemungkinan besar sama.
Jujur,
cerita seperti ini hanya menambah deretan film lucu yang masuk box office, geli geli gimana tak enak saat menyaksikannya. dan
bukan tidak mungkin, film ini sebenarnya tak layak masuk
Bioskop bersaing dengan film lain yang juga diputar disana. Harusnya dibuatkan saja pemutaran film dilapangan luas dengan
mengundang seluruh anggota karang taruna dan masyarakat desa, itu lebih fair dengan menjual tiketnya di XXI.
Apalagi
ditambah dengan adegan ibu tiri ibu tirian. Adegan yang
menambah film ini jadi tidak menarik, jika film ini dibuat pada saat saya SD, mungkin saya akan suka, tapi tidak di umur yang sekarang.
saya sudah banyak melihat dan menonton film film yang ada adegan ibu tiri, dan
itu cerita lama yang membosankan.
Tak
lebih dari setengah jam saya berada dalam studio, dan memutuskan untuk keluar.
Beberapa adegan dalam film ini sangat sangat ,……. (kata kata yang pas sedang
dicari agar tidak menyakiti hari para penggemar film ini)
Jika
film ini masih ada di Biskop dan kalian ingin menontonnya, saya rekomendasikan
gak usah buang buang duit lah, kecuali kalo kamu udah gak tau mo kemana sama
pacar kamu. Eh tapi aku juga masih punya ko dua tiketnya, gak kepake, soalnya
temen temenku katanya gak mau terjebak di dalam ruang studio dengan totonan
yang seperti ini, karena bagaikan obat paramex, film ini dapat menyebabkan kantuk.
0 komentar:
Post a Comment