Friday 12 February 2016

LANGGABUWA, So Nonton ?, bo bagini dp pelem ee..



Ini hanyalah sepengal pendapat bodoh saya tentang apa yang saya saksikan pada beberapa jam yang lalu. Tepat pada pukul delapan kurang lebih. Saya dari tempat tinggal saya menuju mall terbesar di Gorontalo. Malam itu entah kenapa saya penasaran dengan film yang akan di tayangkan di bioskop lantai 3 mall tersebut. LANGGABUWA judul filmya. Kalo boleh saya jelaskan sedikit. LANGGABUWA adalah Ilmu bela diri khas Gorontalo yang dimiliki dan dipelajari oleh Perempuan.

Saya saat itu mendapat tempat paling atas, Row A seat 1.sebuah tempat yang bagus bukan ?.

Menurut saya film ini bagus (bukan dari sisi acting dan adegan adegannya), karena film ini mengedukasikan sebuah pemahaman budaya kepada penontnnya, terlebih budaya ini adalah budaya yang kebanyakan sudah banyak yang lupa bahkan kemungkinan tidak pernah tau sebelumnya. Termasuk saya beroo. 

Tapi seperti ada sesuatu yang tidak kren di film ini ?,

Ceritanya terlalu standard dan tak kreativ. Apalagi dibalut dengan acting acting yang terlihat tidak natural. Wajar kali yah, mungkin para aktornya baru pertama kali beradu acting di film layar lebar. 

Memangnya seperti apa sih filmya ?, saya ceritakan sedikit,..

Pada menit pertama film ini dimuali, dibuka dengan adegan perkelahian seorang wanita tua penjual sayuran dengan seorang pria yang bernama Paliboga. Perkelahian itu lalu dimenangkan oleh wanita tua tadi dengan menggunakani Langgabua. “Ini Langgabua namanya”, teriak wanita tua  yang saat itu melihat Paliboga K.O hanya dengan satu jurus saja.

Dan tokoh utama cerita ini adalah Halima, seorang anak sekolahan yang cantik dan pintar, keturuan asli Gorontalo. Disekolah,Halima sering di musuhi oleh pacar dari cowok yang sering mendekatinya, dan Halima selalu mengadukan itu kepada ayahnya. Halima yang saat itu mendapat tugas dari sekolah untuk menggali informasi soal Langgabua, bersama dua temannya mengunjungi sebuah tempat , disana mereka dapat beberapa informasi soal Langabua dan diijinkan melihat sebuah benda pusaka, benda itu hanya bisa dilihat dan di pegang oleh Halima, kedua temannya tadi tiurdak bisa, karena bukan keturunan asli Gorontalo kata si Opa. Benda yang menyala dan bergetar itu membuat Halima tak kuat saat menggenggamnya, hingga Opa menyuruh Halima meletakan benda pusaka itu ketempatnya kembali. Sampai di adegan itu, aku sudah mulai resah dan gelisah, seperti lagu Alm.Crisye.

Mungkin kalian masih ingat beberapa film Indosiar yang sempat heboh pada 2010 kemarin, film-film yang ada naga terbang, burung raksasa dan keris keris yang mampu terbang. Dan coba samakan dengan film ini, kemungkinan besar sama.

Jujur, cerita seperti ini hanya menambah deretan film lucu yang masuk box office, geli geli gimana tak enak saat menyaksikannya. dan bukan tidak mungkin, film ini sebenarnya tak layak masuk Bioskop bersaing dengan film lain yang juga diputar disana. Harusnya dibuatkan saja pemutaran film dilapangan luas dengan mengundang seluruh anggota karang taruna dan masyarakat desa, itu lebih fair dengan menjual tiketnya di XXI.

Apalagi ditambah dengan adegan ibu tiri ibu tirian. Adegan yang menambah film ini jadi tidak menarik, jika film ini dibuat pada saat saya SD, mungkin saya akan suka, tapi tidak di umur yang sekarang. saya sudah banyak melihat dan menonton film film yang ada adegan ibu tiri, dan itu cerita lama yang membosankan.

Tak lebih dari setengah jam saya berada dalam studio, dan memutuskan untuk keluar. Beberapa adegan dalam film ini sangat sangat ,……. (kata kata yang pas sedang dicari agar tidak menyakiti hari para penggemar film ini)

Jika film ini masih ada di Biskop dan kalian ingin menontonnya, saya rekomendasikan gak usah buang buang duit lah, kecuali kalo kamu udah gak tau mo kemana sama pacar kamu. Eh tapi aku juga masih punya ko dua tiketnya, gak kepake, soalnya temen temenku katanya gak mau terjebak di dalam ruang studio dengan totonan yang seperti ini, karena bagaikan obat paramex, film ini dapat menyebabkan kantuk.

0 komentar:

Post a Comment