Jadilah Besar Dengan Karya

Tulislah Apa Yang Menurutmu Menginspirasi Orang, Biarkan Orang Cerdas Dari Tulisanmu

Jadilah Besar Dengan Karya

Tulislah Apa Yang Menurutmu Menginspirasi Orang, Biarkan Orang Cerdas Dari Tulisanmu

Jadilah Besar Dengan Karya

Tulislah Apa Yang Menurutmu Menginspirasi Orang, Biarkan Orang Cerdas Dari Tulisanmu

Jadilah Besar Dengan Karya

Tulislah Apa Yang Menurutmu Menginspirasi Orang, Biarkan Orang Cerdas Dari Tulisanmu

Jadilah Besar Dengan Karya

Tulislah Apa Yang Menurutmu Menginspirasi Orang, Biarkan Orang Cerdas Dari Tulisanmu

Sunday 25 October 2015

Gorontalo Blur


Untuk membakar lemak yang tertumpuk selama sepekan, aku meluangkan waktu untuk jogging, dan hari ini, minggu, seperti biasa aku bangun pada pukul 04:00. Aku sudah merencanakan untuk lari pagi di gelanggang Nani Wartabone Kota Gorontalo, tempat ini menjadi tempat favoritku dibanding lapangan Taruna Remaja yang berjarak kurang lebih 5 Km dari tempat tinggalku. Sebelum menuju gelanggang, aku menyiram kopi susu andalanku untuk kuseruput pelan pelan sembari menunggu panggilan tuhan berakhir (Adzan), sebenarnya aku juga malu pada tuhan, kenapa aku mengabaikan panggilannya, tapi yasudahlah , aku lagi tak ingin membahas soal keimanan dan konsep dasar beragama.



kuseruput kopi hitamku yang sedikit terasa pekat ini pelan-pelan, kunikmati setiap tetesan yang melewati rongga-rongga tenggorokanku, kadang aku suka menekan langit langit mulutku dengan lidah sambil menelan ludah, beberapa kali ku ulangi hal yang sama sampai gelasnya kosong dan hanya ada bekas hitam kecoklatan.


Habisnya kopi pekat susu ini menandakan aku harus bangkit dari posisi wenakku, saat itu kegelapan mulai terpinggirkan oleh atom atom cahaya yang memasuki atmosfer semesta. Aku memakai sepatu-jaket-headset dan langsung menghidupkan kendraan roda duaku, aku biarkan kendaraan yang sudah 4 tahun bersamaku ini sedikit menanaskan dirinya sebelum aku tunggangi, karena layaknya manusia, untuk banyak beraktivitas dia juga butuh pemanasan.


Dua menit berakhir, aku meremas gas kendraanku dan Breeeeeem, aku lepas landas. Jarak gelanggang dari tempat tinggalku sekitar 2 Km, dan dalam perjalanan aku memandangi langit pagi itu dan “Wey, Kinapa ba Blur bagini langit ?”, pertanyaan pertamaku terlontar. Dalam perjalanan tak henti-hentinya aku memandangi langit kala itu, beberapa jawaban di berikan oleh otakku untuk menjawab pertanyaan yang dibuatnya sendiri. “Ini kan masih pagi, jadi mungkin ini kabut !”, kucoba tuk berpikir positif.

Kemudian aku mencoba menghirup udaranya, berharap menemukan bau pembakaran untuk membuktikan spekulasiku bahwa jangan-jangan ini kabut asap pembakaran hutan. Aku mulai memikirkan beberapa hal saat mengendarai sepeda motorku, aku mulai terpikir sama kabut asap Kalimantan, aku mulai membayangkan bagaimana jika kabut asap disana ingin menjajah Gorontalo juga. Lalu kemudian aku mulai teringat salah satu status yang kubaca pada dua hari yang lalu, status yang di tulis di laman facebook tentang ketakutan seorang ibu jika Gorontalo dijajah kabut asap seperti Kalimantan.


“Berpikir keras bila Gorontalo bernasib sama dengan Kalimantan dan Sumatera, kami harus mengungsi ke mana? Jalur penerbangan ditutup, naik kapal sama saja.Kalau kami panik, bagaimana dengan mereka di sana? Pasrah?. Gorontalo sedang diberi waktu untuk belajar, jangan sampai perusahaan sawit yang masuk bertambah. Api sudah menjalar ke hutan-hutan lindung, Taman Nasional Bogani Nani Wartabone dan Hutan Nantu. Dunia riuh karena satu planet sedang mengamuk.”


Seperti halnya Ibu itu, Aku juga sebenarnya takut jika hal yang terjadi disana (Kalimantan) terjadi juga disini (Gorontalo). Entah akan bagaimana keadaan kita kalo itu terjadi kawan-kawan, untuk itu, aku selaku orang biasa yang tak punya apa-apa dan sama sekali tak punya kedudukan penting, memohon kepada kalian untuk tidak membakar hutan, melarang jika melihat dan memadamkan jika merasa berkewajiban.

Jangan b’bakar bakar lagi wuaa,,

Foto Ilustrasi Kabut asap